Senin, 14 Juni 2010

SIKAPI UJIAN DENGAN SABAR DAN TAWAKAL

Pada masa Rasululloh SAW, ada seorang istri shalihah yang memiliki anak kecil yang sakit, ketiak suaminya kerja ditempat jauh anaknya itu wafat. Istri itu duduk dan menangisi kepergian anaknya itu. Tiba-tiba ia berhenti menangis dan sadar bahwa sebentar lagi suaminya pulang ke rumah.

Ia bergumam, jika saya menangis terus disamping jenazah anakku ini, kehidupan tidak akan dikembalikan kepadanya dan akan melukai perasaan suamiku. Padahal ia pulang dalam keadaan lelah. Ia cepat-cepat meletakkan anaknya yang wafat itu pada suatu tempat.

Datanglah suaminya itu dari tempat kerjanya. Sang istri pun menyambutnya dengan senyum dan penuh kasih sayang. Ia sediakan makanan kesukaannya dan membasuh kaki suaminya itu. ”Mana anak kita yang sakit?” tanya suami. Istri menjawab, “Alhamdulillah ia sudah lebih baik.”

Sang istri mengajak suaminya untuk tidur hingga terbangun menjelang waktu subuh. Sang suami bangun, mandi dan shalat sunnah. Saat suami akan berangkat ke masjid untuk shalat subuh berjamaah, istrinya berkata dengan tenang, “Suamiku, aku ingi menyampaikan sesuatu padamu,” “Silahkan sebutkan,” kata suaminya.

Sang istripun berkata, “ Jika ada yang menitipkan amanat kepada kita, lalu pada saatnya diambil dari kita, bagaimana pendapatmu jika amanat itu kita tahan dan kita tidak mau memberikan kepadanya?” Itu perbuatan akhlak yang buruk dan bisa disebut khianat dalam beramal. Itu merupakan perbuatan yang sangat tercela. Kita wajib mengembalikan amanat itu kepada pemiliknya bila diminta,” jawab suaminya.

Sudah tiga tahun, Alloh menitipkan amanat kepada kita. Hari kemarin dengan kehendak-Nya, Alloh mengambil amanat itu dari kita. Anak kita sekarang wafat. Ia ada di kamar sebelah. Sekarang berangkatlah engkau dan lakukanlah shalat, “ timpah sang istri.

Suami itu melihat anaknya dan kemudian pergi ke masjid untuk shalat berjamaah di masjid nabi. Seusai shalat suami itu mengabarkan kematian anaknya. Nabi Muhammad SAW langsung mendekatinya seraya berkata, “ Diberkatilah malam kamu yang tadi itu. Malam ketika suami istri bersabar dalam menghadapi musibah.”

Begitus seharusnya menyikapi ujian. Yakni dengan bersabar dan tawakal kepada Alloh. Namun tidak semua orang bisa kecerdasan emosional yang tinggi seperti pasangan tersebut.

(Sumber Jihad Al-Nafs, karya Ayatullah Mazhahiri)